ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2019-2020
DOI:
https://doi.org/10.55606/sinov.v4i2.335Abstract
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah dalam mengatur dan mengelola secara penuh kepemilikan sumber daya yang dimilkinya. Kondisi pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Semarang oleh Badan Keuangan Daerah Kabupaten Semarang belum dilakukan adanya standar atau acuan kapan suatu daerah dikatakan mandiri, efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2019 sampai 2020. Penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan yaitu rasio kemampuan keuangan (Derajat Desentralisasi Fiskal), rasio efektivitas keuangan, rasio efisiensi keuangan dan rasio kemandirian keuangan. Hasil penelitian menyatakan Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2019-2020 berdasarkan analisis rasio keuangan memiliki efektivitas keuangan kategori Sangat Efektif dengan mengalami kenaikan sebesar 5,85%. Efisiensi keuangan Kabupaten Semarang termasuk kategori kurang efisien dengan tingkat efisiensi mencapai > 100%. Kemandirian keuangan daerah Kabupaten Semarang mengalami peningkatan sebesar 3,96% dan menunjukkan pola hubungan Konstruktif. Sedangkan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2019-2020 berdasarkan analisis Derajat Desentralisasi Fiskal terjadi peningkatan kemampuan keuangan sebesar 1,47%.
Downloads
References
Adack, J. (2013). DAMPAK PENCEMARAN LIMBAH PABRIK TAHU TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP1, (3).
Arif, M., & Utomo, Y. P. (2016). Konsentrasi Spasial Industri Industri Unggulan Kota Surakarta, (February).
Chittithaworn, C. (2011). Factors Affecting Business Success of Small & Medium Enterprises (SMEs) in Thailand, 7(5), 180–190. http://doi.org/10.5539/ass.v7n5p180
Djayanti, S. (2002). KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI TAHU DI DESA JIMBARAN, BANDUNGAN, JAWA TENGAH.
Dyah, A., & Aditya, R. (2014). PENGARUH MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN UMKM TEMPE DAN TAHU DI KABUPATEN BOGOR, 25–45.
Enright, M.J. (2003). Regional klasters: what we know and what we should know. Innovation klasters and Interregional Competition, pp. 99 – 129.
Haliza, W., Purwarni, E. Y., & Tahir, R. (2007). PEMANFAATAN KACANG-KACANG LOKAL SEBAGAI SUBTITUSI BAHAN BAKU TAHU DAN TEMPE, 3.
Kesuma, D. D., & Widyastuti, M. (2012). PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN.
Krisdiana, R. (2000). Preferensi Industri Tahu dan Tempe terhadap Ukuran dan Warna Biji Kedelai, 123–130.
Kristiyanti, M. (2012). Peran Strategis Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam Pembangunan Nasional. Majalah Ilmiah INFORMATiKA, Vol 3(1), 63–89.
Lyon, F. & Atherton, A. (2000). A business view of klastering: lessons for klaster development policies. Foundation for SME Development, pp. 1 – 13.
Nasir, M. (2012). MODEL PENGOLAHAN LIMBAH MENUJU ENVIRONMENTAL FRIENDLY PRODUCT, 16.
Rusastra, I. W. (2010). PERSPEKTIF PENGEMBANGAN EKONOMI KEDELAI - FAE28-1d.pdf. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 55–68. Retrieved from http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE28-1d.pdf
Porter, M.E. (1998). klasters and the new economics of competition. Harvard Business Review, Nov-Dec 76(6), pp. 77 – 90.
Wong, K. Y. (2005). Critical success factors for implementing knowledge management in small and medium enterprises. http://doi.org/10.1108/02635570510590101
Schmitz, H. & Nadvi, K. (1999). klastering and industrialization: introducton. World Development, 27(9), pp. 1503 – 1514.
Staley, E. & Morse, R. (1965). Modern Small Industri for Developing Countries. California: McGraw-Hill
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Media Informasi Penelitian Kabupaten Semarang
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.